Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Laba-Laba

17 Februari 2023   08:20 Diperbarui: 17 Februari 2023   08:26 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://easyreadernews.com/wp-content/uploads/2022/11/Spider-Pavilion-10-sized-giant-tarantula-2048x1365.jpg

Ecchi berteriak. "Pukul! Bunuh binatang sialan itu! Cepat!"

Syauki tetap tenang berbaring di sofa dan melihat ke arahnya yang heboh berteriak dan menunjuk-nunjuk.

"Ecchi, itu bohlam. Aku menggantinya kemarin."

Ecchi menatapnya dengan tatapan tidak percaya bercampur jengkel. "Syauki, bohlam tidak punya kaki dan bergerak. Lihat!"

Syauki melihatnya. Yang ditunjuk Ecchi hanya tergeletak diam.

"Jangan mengada-ada, Sayang." Dia beralih ke televisi dan menekan tombol remote untuk mengganti saluran.

Ecchi melompat dan mengambil majalah dari meja. "Kalau begitu aku yang akan menghajarnya."

Dia memukul kusen jendela dengan majalah yang digulung dan terdengar suara kaca pecah berderai ke lantai.

"Aduh! Dia mengejarku!" Ecchi terus memukul kusen jendela yang kini bolong.

Syauki mengerutkan kening dan mengalihkan pandangannya dari televisi untuk melihat apa yang dibicarakan Ecchi. Dia melompat dari tempat duduknya saat benda itu melesat ke atas jendela. Dia bergegas mundur ke pintu.

"Demi Tuhan, Ecchi. Laba-laba raksasa!"

"Aku bilang juga apa!"

Ecchi ikut mundur  dan bergabung dengannya di pintu. Kemudian mereka mendengar gemerisik dari sudut jendela, dan beberapa lagi menyebar ke dinding.

"Ya Tuhan, satu keluarga menyerang!" Ecchi mendorong Syauki keluar pintu dan menutupnya dengan cepat, memegang pegangannya saat mereka berdiri terengah-engah di lorong.

"Apa yang kita lakukan sekarang?" Syauki tidak pernah bisa menangani krisis dengan baik.

Mereka bisa mendengar suara garukan di bagian dalam pintu. Ecchi dengan panik berputar menatap di sekitar mereka saat bayangan di setiap sudut tampak bergerak.

"Lari!"

Mereka lari ke pintu depan, berteriak-teriak sambil berlari menyusuri jalan setapak halaman menuju jalan raya.

Ketika mereka berdiri di trotoar terengah-engah, mereka melihat kembali ke rumah yang tampaknya dipenuhi laba-laba dari setiap celah sampai menjadi gumpalan kegelapan yang merayap. Terdengar lebih banyak jeritan saat tetangga bergabung dengan mereka di trotoar, dan menyaksikan semua rumah di jalan itu diambil alih oleh pasukan laba-laba.

Bandung, 17 Februari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun