Sabtu, 28 Januari 2023 13:05
"PVJ, yuk? Ada musik dan barongsai," kata Belahan Jiwa.
"Tau dari mana?" tanyaku yang seperti biasa sedang berkhidmat di depan laptop.
"Instagram."
Tutup laptop, bersalin pakaian serba merah dan semprot parfum (sudah mandi begitu bangun pagi) dan pesan taksi. Meski Paris van Java adalah mal terdekat dengan rumah, mengendarai mobil pribadi di Bandung pada Sabtu dihindari noleh warga Bandung sendiri untuk memberikan kesempatan kepada warga luar kota terutama pemilik kendaraan plat B parkir di jalan raya.
Jarak dari rumah ke PVJ ditempuh dalam waktu lima belas menit, karena driver taksi memilih lewat jalan alternatif (baca: menerobos beberapa kompleks perumahan). Dekorasi dan ornamen mal membuatku seakan terbang ke Taipei era Majapahit.
Music performance dimulai pukul dua. Untuk ada pameran berbagai varietas kelinci. Sayangnya belum ada kelinci air. Kelincinya lucu-lucu. Jadi pengen sate kelinci....
Jam dua kami menuju arena tempat Guzheng Perfomance. Jari jemari Cici Sisca memetik guzheng (alat musik saudaranya kecapi) memanjakan telinga. Cici Sica memainkan lagu-lagu populer. Ada satu lagu yang aku lupa judulnya, lupa nama penyanyinya (tapi ingat wajahnya). Padahal dulu biasa kunyanyikan saat membandingkan fasilitas karaoke dan singing hall seantero Kota Jambi.
Lelah berdiri karena tidak tersedia kursi bagi penonton, aku, Belahan Jiwa, dan putri semata wayang rehat di gerai ayam goreng sembari ngopi dan mencuil camilan.
Sebelum pertunjukan barongsai, masih sempat menjalankan salat Ashar di musala PVJ. Musala mal ini berkali-kali diprotes warganet karena fasilitas wudu akhwat yang terbuka.
Dari musala, kami  kembali ke center area karena jadwal pertunjukan barongsai pukul empat sore.Ternyata belum juga dimulai, meski waktu di ponsel sudah menunjukkan 16:16. Â
 Setelah menunggu beberapa saat, dua monster Nian Shou dewasa dan dua yang kecil muncul. Pawangnya membagi-bagikan amplop angpau kepada pengunjung supaya diisi.
Barongsai mulai beraksi meliuk-liuk di tengah arena, sambil sesekali mmelipir ke penonton untuk mencaplok angpau. Pertunjukan barongsai dari CAT THE PHENOMENAL hanya berlangsung sebentar. Mungkin karena di arena tidak tersedia tiang-tiang pancang untuk pijakan seperti pertunjukan barongsai umumnya.
Setelah pertunjukan, sambil menunggu waktu salat magrib dan makan malam, aku dan Belahan Jiwa memanfaat kursi pijat di lapak distributor peralatan yang sedang promo di mal. Mumpung gratis.
 Setelah makan malam di resto Jepang punya teman yang baru beberapa hari buka, kami pulang dengan hati senang dan perut kenyang.
Gong XI Fat Choi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H