Di bawah cahaya lampu pada halaman buku, kamu sedang membaca tentang seorang wanita  yang mual di pagi hari ketika seekor burung memasuki cerita. Burung dan wanita itu berada di kota yang sama denganmu dalam cerita itu.
Wanita itu digiring oleh desakan untuk muntahnya ke dalam kakus ketika  burung itu menukik ke kakus tersebut dan masuk ke buku yang kamu baca. Sayap burung diilustrasikan sebagai kumis kecil yang dipakai kondektur kereta api mainan dan merusak susunan aksara. Tangan wanita itu mengubah huruf 'h' menjadi kursi goyang.
Ketika kepingan salju merah muda tertawa di atap kakus, burung itu meninggalkan kalimat yang ditujukan untuk dirinya sendiri, yang kamu baca dan mengisi tepi halaman. Menurutmu dia cantik.
Kamu menambahkan ranjang di bola mata burung yang bulat sempurna.
Memimpikan seorang bayi menguap di dalam dirimu, kamu terbangun di dini pagi, di bawah langit-langit berbintang di ruang bersalin dengan seorang pria di tepi ranjang membaca buku petunjuk cara membangun kereta api mainan ke surga dengan tenang.
Wajahnya buruk di bawah cahaya lampu buku.
Di suatu tempat di antara dua telingamu, radikal bebas Kantuk Bulan Januari telah membawa merpati dengan flu burung ke suatu tempat sebelum kita semua lahir.
"Siapa kita?" kamu bertanya pada pria itu. "Sudah jadi apa kita?"
Bandung, 26 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H