Tubuh dari daging, pejalan dalam terang, dan aku, pikiranku, tidak lebih dari fatamorgana.
Apa jadinya aku? Apakah aku selalu hanya bayangan, meluncur di atas retakan trotoar di belakang langkahku sendiri?
Seharusnya tidak seperti ini. Aku rindu merasakan jari-jariku dan bibirku. Aku rindu bau tabir surya. Aku telah menjadi lemah dan bayangan, dalam kekuatannya, terlalu percaya diri, tidak menyadari keberadaanku. Sudah waktunya untuk mengambil alih kembali diriku.
Bentukku tidak terbatas. Sebuah konsep. Aku meregangkan sulurku melalui anggota tubuhnya, tumbuh.
Tubuh ini merasakan kopi pahit dan jagat raya, filosofi bayangan dan matahari.
Wanita itu membungkuk mendekat. Dia tidak boleh memperingatkannya tentang siapa aku. Dia tidak boleh tahu.
"Hati-hati," bisiknya pada bayanganku. "Kamu terinfeksi parasit."
Bandung, 20 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H