Tubuhmu jangkung menjulang tinggi. Rambut disanggul ciri dewi-dewi, menurut Hesiod, bermahkotakan emas berlian
Kamu berbicara padaku dengan diksi-diksi mulia.
Suaramu yang condong berfkelindan dengan kata dari dari kita berdua. Menunduk satu sama lain.
Matamu setengah tertutup seperti ketika kamu mencium bibirku, mencari wajahku dengan jari-jarimu.
Dekat denganmu, akhirnya aku mengerti mengapa penyair dikatakan majenun buta.
Kalimatmu menggerakkan ekspresi jiwa. Tubuh dengan tatapan tertutup. Bagai si buta yang merentangkan tangan menggapai malam, kamu menginspirasi dengan kata-kata. Bahasa tubuh dan ucapan bibir yang kamu nikmati dan membuat berpikir. Kata-katamu serupa cangkang. Kamu menikmati menjadi seorang wanita.
Melengkung dan meluncur laju, menciptakan kata-kata baru jika kamu merasa kurang, sengau menekan dan menggesekkannya seperti satu kulit ke kulit lain menginginkan pelukan dan dorongan, tidak lebih dari embusan udara dan tanda-tanda hitam yang terguncang.
Bandung, 18 Agustus 2023
Catatan: Hesiod adalah pujangga Yunani Kuno, seangkatan dengan Homer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H