Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teriak

6 Januari 2023   13:41 Diperbarui: 6 Januari 2023   13:43 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Demi Tuhan, Rizal, jangan membuat keributan."

Ini adalah hal terakhir yang dikatakan istrinya kepadanya, mencengkeram pergelangan tangannya dan menariknya mendekat.

Rizal telah menjalani hidup dengan membuat keributan sesedikit mungkin. Jika duduk di sofa orang lain, takut akan lekukan yang mungkin dibuat oleh pantatnya. Dia takut pada orang yang pandai berbicara dan teguh pendirian, berusaha keras untuk menghindarinya.

Dia pindah duduk di bioskop atau keluar dari restoran sebelum memesan.

"Yah, mereka menyukai suara mereka sendiri," gumamnya, begitu dia berada pada jarak yang aman. Menjadi galak, atau 'mencari perhatian', bagi Rizal, adalah dosa besar.

Tidak ada yang sampai hati menunjukkan bahwa ini adalah pertunjukan yang tidak akan dibayar oleh siapa pun untuk hadir. Keputusan tidak datang dengan mudah kepadanya. Bahkan yang kecil.

"'Bagaimana menurutmu?' dia bertanya kepada istrinya, mengangkat dua pasang kaus kaki dengan warna biru tua yang sedikit berbeda.

"Apa pentingnya warna kaus kakimu?" bentak istrinya pada hari Sabtu yang sibuk di Marks and Spencers, PVJ.

Tanpa sepengetahuan Rizal, istrinya telah melakukan biopsi.

Istrinya tertawa histeris. Wajah Rizal memerah. Warna merah tua yang menarik. Warna yang tidak pernah dia impikan. Matanya berkedip-kedip saat dia bertanya-tanya siapa yang telah mendengar teriakan istrinya. Tidak ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun