terkadang, kamu bertanya-tanya
roh apa yang memetikmu bulu demi bulu
mengungkapkan pikiran sebagai daging berdosa
bagai puting beliung menelanjangi bumi
dan kamu bertanya-tanya apa yang diaku oleh atma
jiwa-tubuh-pikiran sekaligus
menyebutmu milikmu membungkus diri dari sendiri
meninggalkan kau menggenggam sesuatu
yang akrab dengan nama yang pernah dipanggil
di bawah tumpukan sampah dan dengung lalat
kegilaan adalah hujan yang menolak untuk berhenti
suara memanggilmu berulang dalam banjir
membuka jalan terbuka agar mengalir
hantu dan puing-puingmeninggalkanmu
pecahan dari normal dan apa pikiranmu dulu
kamu mencari tempat lindung jauh dari hujan
dari mulut yang memanggil
memancing untuk membawamu masuk
dan memberi kedamaian
namun ada teka-teki yang tak dapat dilepas
merambah semak
mencari jawaban
untuk soalan
seseorang mengatakan tak pernah bertanya padamu
siapa yang bertanya padamu?
terkadang, kamu tidak tahu
topeng ekspresi kosong hampa
tertutup debu merah
peninggalan yang terlupa
terkubur dalam waktu nilai purba
tidakkah kamu lupa?
semua yang dipegang memberi tahu
tidak seorang pun harus berjalan di bumi sendirian
mengatakan banyak hal seperti hujan
tapi semua yang kamu miliki
tak lebih tumpukan sampah dan kenangan
terkubur jauh dalam penyangkalan
semua yang kita miliki hanyalah kisah
tentang bagaimana misteri takdir bekerja
kehidupan mengendurkan benang
dan kamu kusut tersesat