Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bintang-Bintang Menangis

29 Desember 2022   07:07 Diperbarui: 29 Desember 2022   07:12 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
solarsystem.nasa.gov

Perang mengubah Ayah.

Aku rasa, perang mengubah kita semua.

Tapi Ayah lebih dari siapa pun.

Ayah selalu menyukai bintang-bintang. Dia tahu setiap nama, setiap angka. Dia tahu setiap rasi bintang, semua asterisme. Dia tahu mitos di balik masing-masing rasi dan asterime, apakah itu berasal dari Yunani, Romawi, Arab atau Norse. Dia tahu legenda dari India, Dayak, Aztec, Maya, Apache, atau Inuit.

Itu adalah cerita pengantar tidur kami. Ceramah yang kami dengarkan saat berjalan melintasi padang pasir pada malam yang cerah dan sejuk.

Setelah invasi, tidak ada lagi yang melihat bintang-bintang. Kami menutup daun jendela, menyalakan lampu untuk menerangi langit malam. Bintang-bintang berarti bahaya, ketakutan, kematian.

Satu-satunya yang berjalan di tempat terlarang yang gelap adalah Ayah, meskipun dia tidak pernah berbicara tentang apa yang dilihatnya.

Tidak sampai dia sekarat.

Kata-kata terakhirnya kepadaku adalah, "Ayesha ... Ayesha, bintang-bintang menangis. Bintang-bintang menangis karena kita kehilangan kepercayaan pada mereka. Kita kehilangan cinta kita untuk mereka."

Esok malam, aku pergi ke dalam kegelapan.

Ayah salah.

Bintang-bintang tidak menangis. Bintang-bintang dingin dan asing.

Bintang-bintang marah dan kejam.

Satu-satunya yang menangis adalah Ayah.

Menangis karena kesucian bintang-bintang telah hilang.

Bandung, 29 Desember 2022

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun