Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 74)

26 Desember 2022   21:30 Diperbarui: 26 Desember 2022   21:51 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"Aku ingin tahu ada di mana kau malam ini, Ratna!" teriak Johan sambil berlari ke kamar mandi. "Sialan! Jika kau akan tinggal di sini bersamaku, kurasa aku berhak tahu apa yang kau lakukan di malam hari!"

"Itu bukan urusanmu! Aku baru saja keluar, dan kau harus menerimanya, atau lupakan aku di sini."

Tidak ada yang bisa dilakukan Johan. Dia membiarkan Ratna keluar pada Jumat malam tanpa dia karena Ratna meminta sedikit waktu untuk sendirian. Semuanya akan baik-baik saja jika dia pulang pada jam yang layak. Tapi tidak. Ratna kembali ke tempat tidurnya sekitar pukul tiga, dan bau tuak di napasnya cukup untuk membuat Johan pening.

Lalu ada baju yang dia pakai. Johan ingat persis apa yang Ratna kenakan ketika dia pergi, dan itu bukan yang dia kenakan ketika dia pulang.

Pikiran bahwa Ratna telah bersama lelaki lain menghantui Johan sampai-sampai dia ingin membunuhnya. Dia tahu Ratna telah berselingkuh. Dia bisa mencium bau pada dirinya. Bau yang aneh. Dia mungkin telah mengajak lelaki bajingan pertama yang dia temukan dan membawanya entah ke mana, mungkin ke tempat kerja.

Saat pikiran itu terus mengalir di kepala Johan, Ratna duduk di kamar mandi memandangi kakinya. Siksaan yang tampaknya dialami Johan tidak berarti apa-apa. Luka-luka berdarah di kakinya membuatnya berharap dia tak berbuat salah. Masalahnya, Ratna tidak ingat, dan tidak bisa mengatakan apa pun pada Johan karenanya. Bahkan jika dia ingat, itu pasti bukan sesuatu yang ingin dia ketahui. Darah pasti menjadi penyebab dia mengganti pakaiannya. Dia hanya tidak ingat.

Melayang dalam ingatannya tentang malam itu, hal terakhir yang bisa diingat Ratna adalah berada di suatu pesta. Tapi di mana seharusnya pesta itu, siapa yang membuatnya hadair dengan mudah dan apa yang terjadi setelahnya, semuanya kosong. Bahkan pakaian yang dia kenakan sekarang terasa asing, dan jelas bukan miliknya.

Apakah Ratna ingat atau tidak, Johan tahu dalam benaknya apa yang telah terjadi. Dia tampak begitu sempurna untuknya. Padahal dia telah melakukan kesalahan. Urusan kecil mereka ini sudah berakhir.

***

Begitu sampai di rumah, Bagas mengunci diri di kamar tidurnya dan menggunting topi usang yang diberikan ayahnya menjadi potongan-potongan kecil. Peristiwa hari itu membuatnya gemetar hebat sehingga dia hampir tidak bisa memegang gunting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun