Setiap hari, aku biasa lewat rumah penyihir tetanggaku dalam perjalanan ke sekolah.
Tubuhku menggigil saat mengingat menerobos ke dalam terowongan pohon yang lebat di sepanjang jalan setapak sempit di samping taman depan yang juga ditumbuhi tanaman merambat.
Sulur menggeliat di belakangku. Aku berlari menuju sinar matahari di ujung sana, tidak pernah berani menoleh untuk menghadapi monster yang menunggu dalam kegelapan.
Saat aku mendekati gerbang pagar reyot rumah penyihir itu, diperlukan kaki yang kuat dan lari cepat agar dia tidak bisa menangkapku saat aku meluncur melewatinya.
Aku harus selamat dari dia. Dan aku selalu selamat, setiap saat. Dia tidak pernah menangkapku.
Rest Area KM 97B Cipularang, 23 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H