Sindrom Penipu: ketakutan tak masuk akal bahwa si penderita akan danggap sebagai penipu.Â
Setidaknya, begitulah yang diidap oleh suamiku.
Aku melirik ke kaca spion sambil mengemudi dan membisikkan ucapan 'terima kasih' dengan sangat pelan, nyaris tanpa suara. Lebih dari sekadar batu bata dan kayu, rumah tua era kolonial itu adalah rumah pertamaku yang sebenarnya, tempat untuk dimiliki dan bahagia selamanya. Hanya saja....
Kemudian, di luar batas kota, aku menepi dan menangisi Heriyan. Bagaimana dia mengatasi 'hilangnya' aku? Polisi, media, kebenaran tentang masa laluku yang kelam....
Terlambat sudah. Dia akan segera menyadari bahwa dia telah jatuh cinta pada penipu, minus sindromnya.
Rest Area KM 97B Cipularang, 23 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H