Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Epitaph untuk Berdua

17 Desember 2022   20:18 Diperbarui: 17 Desember 2022   20:26 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mati Terbunuh Sepi. Tidak Pernah Mencapai Cita-Cita

Dia menatap batu nisan itu. Umurnya baru satu hari, tetapi seekor laba-laba sudah bekerja dengan tergesa-gesa di sudutnya yang muram, bertekad untuk melapisi marmer yang suram itu dengan jaring untuk menangkap tetesan embun dan menjerat serangga yang tersesat.

Dia memikirkan kata-kata yang terpahat dengan cat emas di atas pusara. Deskripsinya cukup tepat, jika tidak sedikit kejam.

Lagi pula, mendiang adalah ayahnya.

Apakah itu jujur atau kejam? dia bertanya-tanya. Bahwa ini akan menjadi prasasti terakhirnya?

Dua-duanya, dia memutuskan. Ya, keduanya.

Tidak ada angin sepoi-sepoi, udara musim kemarau dipenuhi garam dan kenangan tentang hari itu.

Bandung, 17 Desember 2022

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun