Mereka telah merobek namaku dari sejarah seperti halaman buku yang tidak berguna.
Aku adalah seorang ratu yang hebat. Aku memiliki pikiran yang cemerlang dan gesit dengan keterampilan pedang yang sempurna.
Aku berperang dengan orang-orangku dan bersama-sama kami menaklukkan seluruh negeri di utara dan barat. Kerajaanku sangat besar. Orang-orang datang ke balairung  dan membungkuk di hadapanku. Salah satunya adalah Hasdrubal. Aku menganggapnya sebagai kekasih tetapi ternyata aku jatuh cinta. Inanna, dewi hutan memantraiku.
Aku menolak untuk menikah dengannya karena aku tidak ingin kekuasaanku melemah. Aku hamil di musim semi dan mengumumkan ke seluruh wilayah kerajaan bahwa anak itu adalah hadiah dari para dewa. Para prajurit dan bangsawan menerima ini di hadapanku, tapi mereka tahu tentang Hasdrubal. Mereka semua tahu tentang Hasdrubal. Anak itu adalah anak Hasdrubal.
Handrubal menjadi murka ketika aku memberi tahu dia tentang anak itu. Saya menenangkannya dan mengatakan kepadanya bahwa anak dewa hanya akan meningkatkan kekuasaanku.
Pada musim gugur, ketika perutku menjadi sangat besar, raksasa dan orang-orang dari barat menyerang kerajaan kami dan merebut wilayah. Para bangsawan mengatakan kami harus berperang. Aku menolak karena kehamilanku. Beberapa hari kemudian, aku menerima surat yang menuntut agar aku mengalahkan raksasa atau tiga gubernur yang ditangkap akan dibunuh dan ribuan petani dikumpulkan dan dibakar di dalam lubang.
Aku menerima tantangan itu. Aku harus maju ke medan perang dengan kereta karena menunggang kuda tidak tertahankan dengan perut hamilku.
Ketika tiba di medan perang, aku berseru, "Aku akan mengalahkan raksasa kalian, tetapi aku akan mengutuk kamu dan semua yang terlibat selamanya."
Raja penakluk tertawa saat raksasanya berdebam ke lapangan. Dia sangat besar dan ketika dia melihat mekarnya perut hamilku, dia tertawa. Di sakuku ada mainan anak-anak hadiah dari penyihir untuk bayiku. Sebuah ketapel kecil dan kamu meletakkan kerikil di dalamnya dan ketapel itu melemparkan kerikil dengan sangat cepat melintasi hamparan luas. Aku mengisi ketapel saat raksasa itu mendekat dan kemudian aku melontarkan kerikil dan batu kecil itu mengenai dahi raksasa. Raksasa itu menjadi luyeng dan kemudian pingsan.
Raja penakluk sangat marah dan kemudian menyerangku tetapi aku berhasil memenggal kepalanya dengan pedang. Orang-orangku bersorak-sorai, tetapi aku kesakitan dan jatuh ke tanah.