Sebelum mencoba sepatu sebelah itu, pikirkan baik-baik tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini.
Apakah kamu benar-benar ingin menikah dengan laki-laki yang bahkan tidak bisa mengenali wajahmu? Seorang laki-laki yang sangat menginginkan pengantin wanita sehingga dia membawa-bawa sebelah sepatu ke seluruh kerajaan untuk dicoba seluruh gadis atau janda? Sama sekali tidak romantis. Dan itu membuat peluangmu keluar sebagai calon pengantin wanita semakin kecil, bukan?
Bukan kamu yang dia cintai, tapi ukuran kakimu.Â
Kebahagiaan dari laki-laki seperti itukah yang kamu inginkan?
Kamu menatap bayangan wajahmu yang memantul di kaca sepatu dengan sempurna. Membuatmu bertanya-tanya apa yang sebenarnya dia lihat selama berjam-jam saat kalian berdua berdansa semalaman. Pak tua pembawa berita pangeran menunjukkan sepatu kacamu yang hanya sebelah, dan kamu ingat bahwa kamu lari pesta semalam bukan karena jam dinding berdentang dua belas kali tanda waktu tengah malam.
Kamu meninggalkan pesta dansa dengan tergesa-gesa karena sepatu kaca sungguh tidak nyaman dipakai.
Hampir sama tidak nyamannya dengan menikahi seorang pangeran yang tidak bisa membedakan kamu dengan penyihir jahat dari barat. Atau seekor kodok yang berubah menjadi pangeran setelah kamu menciumnya.
Kamu menerobos kerumunan, melewati para pengawal dan pelayan lalu lari ke halaman. Di sana, kertea dari labu dan para tikus menunggu untuk membawamu ke tempat di mana kamu dapat memilih alas kakimu sendiri yang membuatmu merasa nyaman.
Di suatu tempat di mana kamu akan merasakan bahagia yang sesungguhnya.Â
Bandung, 16 Desember 2022