Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 70: Generasi Mendatang, Tbk

11 Desember 2022   09:00 Diperbarui: 11 Desember 2022   09:01 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu ingat cara pria itu memperkenalkan diri, dengan mencela diri sendiri dan memuji: "Aku Adrian, ilmuwan, dan kamu cantik."

Generasi Mendatang, Tbk. telah memberitahumu bahwa dia adalah kasus yang tidak biasa. Mereka hanya tidak memberi tahu kamu bahwa dia jangkung, necis, dan sangat menarik. Kedekatannya denganmu membuat kamu kehilangan keseimbangan dan hampir mengacaukan wawancara dengan tersandung di kursi, mencoba menjaga jarak.

"Aku hampir mati, tapi tidak menular." Dia tertawa, gigi putihnya berkilat diapit lesung pipi.

Wawancara berlangsung lebih dari satu jam, membahas genotipe dan probabilitas. Dia sangat normal. Ketika tiba waktunya untuk membuat keputusan, dia berjalan di belakang kursimu, jentelmen seperti James Bond.

"Aku mungkin sekarat, tapi aku jamin aku masih bisa melakukan ini."

Tangannya menelusuri garis lenganmu dalam satu gerakan menggoda, menyenggol buah dada sambil lalu. Sensasi yang membuat pipimu memerah. Kamu memperhatikan intensitas membara dari mata abu-abunya yang cerdas. "Aku ingin sesuatu yang lebih dari sekadar tanda Adrian-pernah-di-sini. Apakah kita punya kesepakatan, Nona Katrin?"

Kamu tidak berbicara, hanya mengangguk.

Membelai rambut dari lehermu, dia memberi ciuman lembut dari bahu ke telinga, mengirimkan hangatyang menjalan hingga ke sumsum. Satu malam dengan gairah purba dan irama ragawi. Hanya satu malam, dan tugasmu selesai.

Itu delapan bulan yang lalu.

Tanganmu dengan penuh kasih membelai perutmu yang bulat dan janin kecil di dalamnya. Kamu harus mengakui bahwa itu adalah monumen yang jauh lebih baik daripada pusara beku di kuburan puncak bukit.

Bogor, 11 Desember 2022

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun