Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tidak Ada Siapa-Siapa

9 Desember 2022   10:00 Diperbarui: 9 Desember 2022   10:51 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah berakhir, begitu saja. Saya, secara pribadi, tidak pernah berpikir ini akan terjadi.

Mereka musuh kita. Semuanya karena dahaga mereka akan kekerasan, nafsu mereka akan darah yang membuat saudara melawan saudara, negara melawan negara. Saat perang berlangsung, mereka merenggut hampir semua yang saya sayangi dan saat itulah saya mulai belajar bagaimana membenci. Pertukaran yang adil, sungguh. Kami memberi mereka sastra, musik, seni, dan mereka memberi kami perang, kebencian, dan pembunuhan.

Mengharapkan kehancuran dan kehampaan, para telik sandi melaporkan keadaan jauh lebih buruk. Reruntuhan. Semuanya hilang. Semua patung, lukisan mahakarya para maestro besar kita, semua seni kita, sastra, inti dari budaya kita berserakan, seperti teka-teki puzzle raksasa.

Saya sedang mempelajari beberapa rencana untuk beberapa proyek hunian darurat ketika Jo datang dengan tergesa-gesa, seperti biasa. Dia sangat gelisah sehingga butuh minum dan beberapa menit waktu sebelum dia bisa menjelaskan dan kemudian saya juga butuh minum.

Regu pengintainya telah menemukan seseorang yang masih hidup. Luar biasa kedengarannya, terperangkap di bawah reruntuhan. Kelompok pengintai tidak menerima amaran mengenai penyintas, jadi mereka mengirim Jo kembali kepada saya.

Ini adalah perjalanan pertama saya di luar tempat penampungan dan saya tercengang, kaget dengan kehancuran. Saya tidak pernah membayangkan ini dalam mimpi terburuk saya. Selalu memimpikan bahwa ada sesuatu yang tersisa. Mudah-mudahan korban ini adalah salah satunya. Lalu bagaimana?

Sesampainya di lokasi, kami disambut oleh suara memohon.

"Halo? Apakah kamu masih di sana? Apakah ada orang di sana?"

Saya mendekat ke lubang tempat suara itu keluar. Mencoba menembus kegelapan dan melihat pemilik suara itu. Saya menyipitkan mata.

"Halo," saya menjawab lirih, agak terkejut dengan isak tangis yang menyapa.

"Oh, syukurlah kamu masih di sana. Bantu aku! Kakiku terjepit."

Jo pergi mengambil lentera, dan sambil menunggu dia kembali, saya ingin membuat suara itu tetap berbicara.

"Tidak apa-apa sekarang. Bersabarlah sedikit lagi dan kami akan mengeluarkanmu dan ke dokter. Siapa namamu?"

"Feri. Tolong, cepatlah."

Jo kembali dengan lentera. Cahayanya menembus kegelapan lubang. Ketakutan saya menjadi kenyataan. Dia adalah salah satu pembunuh anak dan teman kami. Saya melihat di wajah teman-teman saya dan tahu apa yang pasti telah dikhianati oleh wajah saya sendiri.

Bersamaan dengan itu, kami berbalik bersama bunyi klik tajam dan mulai menjauh.

Suara itu memohon kepada kami, untuk memaafkannya, tidak menyalahkannya karena ketidaktahuan, untuk menolongnya. Dia terus berteriak agar kami kembali.

Dan kami akan kembali ... dalam seminggu. Mungkin dua minggu. Saat musuh sudah mati dan semuanya hening.

Kemudian, pertarungan kami akan selesai. Mereka benar-benar akan hilang selamanya dan kami akan bebas untuk hidup kembali.

Tapi, apa lagi yang bisa kami lakukan? Tidak ada siapa-siapa di sini. Kecuali kami, kecoak.

Bandung, 9 Desember 2022

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun