"Kami sekarat!" jerit semut secara telepati.
"Kami telah diracuni!" teriak mereka, berlari dengan putus asa, membabi buta dalam kepanikan dalam terowongan tak berujung dari koloni semut besar mereka. Kemudian mereka jatuh satu per satu, berkedut sesaat sebelum berbaring diam.
Di suatu tempat, diasingkan di bunkernya, ruang kerajaan, sang ratu mengabaikan keributan yang memekakkan telinga di luar.
Manusia pintar sialan.
Semut pekerja yang bodoh dan serakah itu. Sesuatu yang manis dan dicampur dengan strychnine diletakkan di jalur mereka, dan mereka melahapnya.
Sang ratu memikirkan telur-telurnya yang tak ada habisnya, segera menetas dan menjadi generasi baru.
Semoga akan lebih cerdas, untuk melayaninya.
Bandung, 6 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H