Syauki mendongak dan berbicara lebih dulu. "Kamu penjelajah waktu," katanya.Â
Syauki memang brengsek.
"Aku hanya punya waktu beberapa menit dan aku harus--"
"Maksudku, serius, kamu penjelajah waktu! Luar biasa!"
Jadi, aku rasa kami semua tahu.Â
Dia berjalan dan berbicara dengan aneh, atau baunya salah. Dia pasti memiliki bau yang lucu, seperti plastik berjamur.
"Tolong dengarkan, alergi susu disebabkan virus. Autisme dipicu oleh filamen plastik di popok sekali pakai. Satu-satunya cara untuk menyembuhkan kanker adalah dengan---"
"Apa yang harus kulakukan di masa depan?" teriak Saras. Matanya lebar dan dia mengangkat tangannya, seperti anak sekolah berebut perhatian guru. Aku pikir dia agak ketakutan, tapi Saras selalu ketakutan.
Aku pernah kencan dengan Saras, sampai aku sadar dia tidak bisa menyeberang jalan sendirian. Maksudku secara metafora. Maksudku, dia mungkin bisa menyeberang jalan. Tetapi kalau orang yang kukenal berduka karena salah satu teman kami tertabrak saat menyeberang jalan, aku akan langsung bertanya, 'Saras, ya?'Â
Karena kalau kamu kenal Saras, kamu tahu persis seperti itulah dia.
"Apa?" Si Penjelajah Waktu menatap Saras, lalu memandang kami semua, bahkan menatapku, seolah-olah dia mengharapkan kami membuat catatan atau semacamnya, seolah-olah dia adalah ratu masa depan.