"Tapi aku memang pergi ke sana," aku menjelaskan kepada Joko, "dan menerima peringatan yang ramah dan baik hati dari Kujang. Dia bilang kalau aku tidak berhenti mencari David, aku akan mendapat masalah. Tampaknya dia sungguh-sungguh."
"Kujang sepertinya anak yang pintar," kata Joko, dan dia menoleh ke Ratna. ""Apakah dia satu-satunya kontak Anda dengan orang-orang ini?"
"Iya," jawab Ratna. "Aku sama sekali tidak tahu kalau ada orang lain lagi."
"Dan kamu belum pernah mendengar alasan mengapa itu bisa terjadi?"
"Tidak ada sama sekali, aku takut." Mimiknya menunjukkan penyesqalan. "Aku rasa aku telah merepotkan banyak orang, tapi ... aku hanya melakukan apa yang tampaknya menjadi satu-satunya cara untuk membantu David. Kamu tahu, aku mengenalnya dengan baik: dia adalah tipe orang yang terlibat dalam bisnis seperti itu dan kemudian dijadikan kambing hitam."
Aku berpikir dengan sinis bahwa betapa bodohnya wanita yang sudah berhasil menyaber gelar Peneran Wanita Terbaik dalam ajang kompetisi insan film ini, tetapi bukan aku yang bertunangan dengan David.
"Kamu tahu bagaimana dia bisa terlibat?"
Ratna tampak ragu-ragu. "Karena barang yang dicurinya ... apa pun itu."
"Dan bagaimana dengan kaleng tembakau di atas meja itu?" tanyaku. "Kamu bilang David yang memintamu untuk mengambil foto itu. Apakah itu benar?"
'Tidak, aku disuruh Kujang. Tapi ceritanya panjang."