Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 67: Love You

20 November 2022   09:00 Diperbarui: 20 November 2022   08:59 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Love you," gumamku, mematikan lampu di samping tempat tidur.

"Apa?" tanyamu dalam kegelapan, dan aku tahu dari nada suaramu, kamu sama sekali belum siap untuk tidur.

Aku mencoba menjawab, tetapi kamu hanya berkata, 'Hei,' dan mengulangi pertanyaan tadi.

"Maksudku, sama yang kumaksud setiap malam," kataku.

"Bagaimana mungkin artinya sama setiap malam? Pasti ada variasi di antara malam-malam," katamu. Suaramu semakin rendah, seolah-olah mencoba menyelinap pergi di kata terakhir.

"Yah," kataku, "yang kumaksud adalah 'mencintaimu' artinya 'Selamat malam, tidurlah nyenyak. Dan aku peduli padamu'."

"Dan," kamu menyambung kata-kataku, "maksudmu, 'aku apek, mau tidur, jangan ganggu.'"

"Nggak gitu."

"Iya, gitu."

"Nggak. Yang ngerti apa yang kumaksud ya aku." jawabku.

"Pengarang selalu punya makna tersirat dibalik kata-kata yang tersurat," katamu, dan aku tidak tahu apa yang membuatmu kesal, jadi aku menyalakan lampu dan menatap matamu.

"Ya, tapi kamu tidak sedang membaca tulisanku. Kamu sedang bicara. Denganku. Dan aku akan membantumu memperbaiki anggapanmu tentang apa yang kumaksud waktu aku bilang 'love you'."

Bunyi mendengus yang kamu buat menyebabkan aku memasang wajah kesal.

"Serius," kataku. "Tidak bisakah menunjukkan cara yang bagus untuk mengakhiri malam? Tidak bisakah kita setuju untuk menjadikan 'love you' sebagai ucapan yang penuh kasih sayang? Kata kunci penuh arti di antara kita berdua?"

"Apakah kamu ingin 'itu'?" kamu bertanya, dan, demi Tuhan, aku tidak bisa membaca ekspresimu.

Aku berhenti, lalu mendesah. "Oke, jadi mungkin maksudku 'jangan memulai apa pun'."

Kamu menguap puas, yang kamu hembuskan merayap di udara seperti gas tidur.

"Tapi," kataku, "kata-kata memiliki kelebihan, tafsiran makna. Tidak adil untuk menyematkan 'love you' hanya pada satu hal. Tidak bisakah kita bahagia dengan multitafsir makna? Membiarkan menjadi rahasia?"

"Garing," katamu.

"Apa, kamu sebenarnya ingin berhubungan seks? Gitu?"

Untuk sesaat, kupikir aku melihat rahangmu menegang. 

"Nggak juga," katamu.

"Jadi, apa sebenarnya yang ingin kamu katakan?" aku bertanya, mengerutkan kening.Dan keheningan di antara kita yang berbicara, lama.

"Nggak ada," katamu, akhirnya. "Atau semuanya."

Terperangkap oleh kekacauan bahasa, kita duduk di tempat tidur, saling menatap, mencari tanda. Kamu meremas tanganku, tetapi tidak satu pun dari kita yang tahu artinya.

"Love you," katamu, dan aku mengulangi apa yang menjadi kata-katamu.

Setelah beberapa saat, kamu mematikan lampu, tetapi masih lama sebelum kita menutup mata.

Bandung, 20 November 2022

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun