Dia tampak terkejut sesaat. "Tapi, sayang, kenapa?"
Aku mengangkat bahu. "Aku sudah mendapat uangku yang dipinjam David. Tidak ada alasan aku untuk bertahan di sini lagi."
''Yah, semuanya agak membingunghkan, sayang," katanya dengan wajah bersedih.
Akting lagi, pikirku.
Aku menyesap Martini-ku.
"Kalau David ingin memutuskan persahabatan dengan semua teman lamanya, maka itu urusan dia," kataku tidak peduli.
Aku mengambil surat terakhir David dari sakuku dan menyerahkannya pada Ratna. "Baca apa yang dia katakan dalam suratnya."
Ratna membaca surat itu lalu mengembalikannya padaku. "Kedengarannya sudah final, ya?" katanya.
"Tidak benar-benar menunjukkan sebagai seorang kawan," saya setuju. 'Tapi bagaimana denganmu? Apakah kamu termasuk yang dibuang David?"
"Aku tidak tahu," jawabnya sambil berpikir. "Terakhir kali aku melihatnya, aku mendapat ide bahwa aku hanya orang yang cocok untuk bertindak sebagai perantara. Semacam antek. Tetap saja, dia bukan satu-satunya ikan di laut, kurasa."
Aku menatapnya dan harus aku akui dia memang enak untuk dipandang.