"Wow, Bro!"Â Rahang Miko ternganga dan matanya terbuka lebar.
Zaki tertawa dan menepuk punggungnya. "Gue kata juga apa! Kita nggak perhatiin sebelumnya karena sibuk satu sama lain dan langit-langit, dan warnanya benar-benar nggak terlalu jelas."
"Lagi!" Miko tidak bisa berhenti menatap fenomena aneh itu. "Wah. Sekarang ijo! Aneh, ya?"
Saat permukaannya berubah menjadi oranye, Zaki terkesiap. "Nggak mungkin! Warnanya berubah setiap dua puluh atau tiga puluh detik. Tempat macam apa ini?"
Kata-kata itu membuat lidah Tiwi membeku. Dia hanya bisa menggelengkan kepala karena tak percaya.
Mike memutar-mutar tangannya ke depan dan ke belakang melintasi air warna-warni. "Ini gila, Bro!"
"Pasti ada penjelasan yang logis." Zaki berpikir karena kata-katanya sendiri. Dia tidak pernah nyaman dengan hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat. Dengan gelisah dia jarinya bermain-main dengan gesper jaket pelampung. "Mungkin disebabkan cahaya bioluminescent dari ganggang yang terpantul melalui air."
"Seperti ganggang biru yang aku ajak berenang di Maldives?" tanya Tiwi.
"Yoi,"Â jawab Zaki.
Tiwi mengernyitkan alis. "Tapi ini tidak masuk akal. Air di sana nggak berubah warna."
Miko mengangguk. "Ya, Tiwi benar. Gue udah lihat foto-foto dia waktu liburan di Mungkin sebaiknya lu jangan terlalu terobsesi dengan hukum sebab akibat, Zak. Lu persis si Laura yang gue pacarin bulan kemaren. Tuh cewek musti ada penjelasan untuk apa pun."