Pembicaraanku dengan Joko Seng mengecewakan dalam satu hal, tetapi anehnya memuaskan di sisi lain. Dia berkata dengan nada dingin, "Aku telah memberimu tugas yang harus selesai, Han. Temukan David Raja. Nah, teruskan."
Aku merasa bodoh.
Dia mencondongkan tubuh ke depan dan aku melihat senyum kecil yang dingin bermain di bibirnya.
"Apa kamu mau bilang kalau tugas ini terlalu sulit untukmu?"
"Aku tidak bilang begitu," jawabku, agak bingung. "Sebenarnya, aku pikir sekarang aku benar-benar mendapatkan suatu tempat pada akhirnya."
Senyum tipis dinginnya masih bermain di bibir. Dia bersandar di kursinya, menyatukan ujung jarinya, dan bertanya, "Di mana?"
Aku merasa seperti anak sekolah dasar di hadapan kepala sekolah.
Joko tak lagi tersenyum. Dia berkata, "Dengarkan aku, Han. Aku punya banyak orang berpengalaman yang bekerja untukku, orang-orang yang tidak perlu kuperiksa. Aku tidak meminta mereka untuk membuat laporan kemajuan. Aturan ku adalah tidak ingin melihat mereka sampai pekerjaan yang mereka lakukan selesai dengan memuaskan. Untuk yang lebih muda dan kurang berpengalaman dan saya harus mengawasi mereka jika mereka melakukan sesuatu yang sangat bodoh."
Joko membuatku kaget dengan kalimat lanjutannya, "Kamu berada di kategori pertama, Han."
Aku merasa gembira luar biasa. "Aku senang mendengarnya," kataku.