Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 49)

3 November 2022   21:00 Diperbarui: 3 November 2022   21:03 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk sesaat, keduanya membeku di tengah jalan. Mereka telah melihat sekilas sesuatu yang bergerak itu, dan lebih dari sebelumnya menyadari bahwa sesuatu akan terjadi. Johan tetap berusaha mendesak Kenang. Dia ingin ini berakhir.

Ragu-ragu, dia membawa istrinya ke tangga dan membuatnya naik lebih dulu di depannya. Saat mereka beringsut ke lantai dua, Johan tahu bahwa dia akan mendapatkan dampak penuh dari apa pun yang terjadi. Itu membuatnya sangat gembira, dan terlepas dari ketakutannya, dia menikmati setiap menitnya.

Tangga teratas berderit saat mereka melewatinya, membuat ketegangan semakin meregang saat mereka menatap ke lorong. Kamar yang sebelumnya memberikan pengalaman mimpi buruk dalam hidup Johan berada di ujung lorong, dan terlalu dekat sehingga membuatnya tak nyaman. Dia telah menghindarinya sejak awal, tetapi ada waktu untuk segalanya, dan ini adalah waktu untuk menakut-nakuti Kenang.

Tiba-tiba, kegelapan muncul di ujung aula. Kehadirannya lebih kuat dari yang pernah dirasakan Johan sebelumnya, dan bulu kuduknya langsung merinding. Kegelapan itu menjadi semakin besar dan lebih kuat pada setiap detik yang berlalu. Bagaimana dan mengapa tidak lagi jadi masalah, hanya pelarian yang penting. Tapi kehadirannya ada di sekitar mereka, dan tekanan yang berat pada jiwa mereka membuat keduanya semakin panik.

Dengan kecepatan yang belum pernah dilihat Johan, Kenang melepaskan cengkeramannya dari lengannya dan melesat menuju tangga.

Rasa takut menahan tubuhnya diam di tempat. Tubuhnya  kaku tak bergerak sama sekali. Keinginannya untuk menakut-nakuti Kenang menerobos ketakutannya jauh di luar kemampuannya. Dia tidak bisa bergerak!

Di dekat puncak tangga, mata Kenang menangkap sosok gelap. Bentuknya memadat, bergerak dengan mantap ke arahnya, membuat ketakutannya memuncak ke tingkat gtertinggi. Dengan sikap keras kepala dan kebodohan yang Jophan ketahui sebagai kelebihan istrinya, Kenang mencoba untuk bergegas melewati sosok itu untuk mencapai tangga. 

Sosok itu menerjang, membuatnya tersandung saat dia mencoba melewatinya. Tanpa dapat dicegah, dia jatuh ke bawah, memantul dari pagar ke anak tangga dan akhirnya tergeletak tak bergerak beberapa meter dari tangga.

***

Duduk dalam kegelapan, Kadir mendengar lantai berderit di sekelilingnya. Tempat ini pasti lebih menakutkan di dalam daripada di luar. Pikirannya sudah mempermainkannya. Tidak mungkin ada sesuatu di lorong itu saat itu. Dia baru saja sampai di sana, dan hal-hal tidak seharusnya terjadi sampai dia siap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun