Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 47)

1 November 2022   09:08 Diperbarui: 1 November 2022   11:16 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"Apakah menurut Abang pernikahan mereka akan bertahan, Halida?" Johar bertanya saat Awang dan Kuntum menjauh dari rumah mereka.

"Jangan konyol, Bang! Tentu saja. Kamu tahu bagaimana sifatku. Jika mereka mendapat masalah sekecil apa pun, aku akan ke sana untuk membantu memperbaikinya sebelum kamu mengerti 'aku pergi'."

"Kurasa kamu benar."

"Tidak ada tebak-tebakan untuk itu. Anak-anak itu tidak perlu melalui apa yang telah kita alami. Kita beruntung bahwa kami masih bertahan sampai sekarang, dan kita berdua mensyukurinya. Bukan itu yang menggangguku. Aku rasa aku lebih bahagia sekarang daripada dulu dan aku harap Abang juga."

"Sekarang kamu menjadi tidak masuk akal. Kamu tahu aku bahagia. Aku tidak pernah menginginkan perceraian sejak awal, jika kamu ingat. Aku hanya mengikuti apa yang kamu inginkan, meskipun bukan itu yang aku inginkan."

Melanjutkan pembicaraan saat mereka membersihkan dapur dari makan malam, keduanya mulai mengingat saat-saat indah pernikahan mereka, membiarkan yang buruk berlalu. Tak lama kemudian, keduanya berjalan ke kamar tidur, terlalu lelah untuk memikirkan hal-hal lain.

Besok, mereka bisa tidur larut malam dan mereka menantikannya sepanjang minggu. Mereka tidak harus memulai hari mereka di kedai sepagi ini, tetapi mereka selalu melakukannya. Begitulah seharusnya kedai pojok tua dijalankan. Tradisi yang mereka banggakan.

Saat mimpi perlahan-lahan merayap ke dalam tidur Halida, pemandangan aneh yang entah bagaimana dikenalnya melayang di depan matanya. Dia pernah ke sana sebelumnya, ratusan kali. Kenapa kali ini terlihat sangat berbeda? Apakah itu kabut yang tergeletak rendah ke tanah, menelan batu-batu? Semuanya terlalu kabur.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun