Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Terdampar di Perut Bumi - Buku Satu: I. Terdampar (Part 1)

26 Oktober 2022   16:00 Diperbarui: 26 Oktober 2022   15:59 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Tiwi berjalan ke arah  Miko dan Zaki yang berdiri di dekat buritan kapal. Cahaya redup melintas di langit malam dari timur.

"Hei, itu petir, ya?" tanyanya menunjuk langit gelap.

Miko menuangkan seember umpan ke laut sebelum dia tersenyum. "Enggak, enggak boleh ada petir di liburan gue."

"Hei, itu umpan terakhir kita," kata Tiwi.

Miko meletakkan ember dan menyeka tangan dengan celana pendeknya. "Ini jam lima pagi. Memancing malam sudah selesai. Aku ngasih sisa umpan untuk ikan-ikan yang kelaparan."

Zaki mengobrak-abrik umpan berwarna-warni  mencolok di kotak umpan papa Tiwi. "Banyak banget umpan yang ngambang di air. Mestinya gue bisa menangkap tuna seberat lima puluh kilogram."

Dia tersenyum saat Tiwi tersenyum. Tiwi suka cara Zaki yang selalu bisa membuatnya tersenyum. Mereka sudah saling kenal sejak masih bayi, dan Tiwi tidak bisa mengharapkan teman yang lebih baik darinya.

Berdiri di pagar, Tiwi membungkuk. Lampu dek yang terang di atas menerangi air kehijauan Selat Mentawai. Dia tersenyum saat garis-garis kuning dan perak berkerumun di sekitar perahu.

Dengan sikunya Miko menyenggol Tiwi. "Bukannya ikan tuna luar biasa maknyus kalau dipanggang? Gue jadi pengen loncat dan berenang bareng tuna."

Tiwi meniup sehelai rambut hitam panjang yang mengganggu matanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun