Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gadis dan Seutas Benang

25 Oktober 2022   12:30 Diperbarui: 25 Oktober 2022   12:36 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Faktanya, tidak ada banyak kejadian di sekitarnya. Kamar tempat dia berada dicat dengan warna kuning pupus, hampir seperti kapur yang biasa dimakan anak tetangga karena mungkin bocah itu mengira rasanya seperti mentega.

Dia tahu bocah itu menyukai mentega karena pantulan serbuk kuning di dagu kecilnya yang berasal dari bunga-bunga kecil rumput liar. Tidak ada perabotan selain lampu yang putus di dinding yang jauh.

Pintunya terbuka sedikit dan benang yang tidak bisa digerakkan dengan malas melintas bagian tengahnya.

Aneh bahwa ada lampu di ruangan itu, mengingat betapa terang menyilaukan cahaya di ruangan itu. Mungkin ada saat-saat ketika langit tidak begitu cerah, tetapi dia pasti tidak bisa memikirkan waktu yang benar.

Faktanya, dia tidak dapat mengingat berapa lama dia berada di sana, dengan atau tanpa benang. Mungkin dia adalah 'dia' di ujung benang. Mungkin ada manusia di ujung sana yang menunggu, ragu-ragu untuk menemuinya.

Mungkin dia yang di ujung sana mengira dia sesuatu yang berlendir atau menyeramkan. Tapi dia bukan salah satu dari hal-hal itu, atau setidaknya dia pikir dia tidak begitu. Dia memiliki tangan yang normal dengan jumlah jari yang benar. Dan dia merasa mata, telinga, hidung, dan lidahnya bekerja dengan baik.

Dan dia tentu saja tidak mengeluarkan cairan apa pun dari pori-porinya kecuali keringat, tapi itu normal dan biasa saja.

Tentu, dia bisa mengikuti benang itu, tetapi jika di unjung sana ada manusia lain, dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Dan bagaimana jika dia membuatnya takut? Atau mereka juga tidak tahu mengapa benang ini tergantung di antara mereka?

Atau bagaimana jika mereka menjadi marah karena dia telah meninggalkan ruangan kuning pupus yang sunyi itu?

Tentunya dia melupakan beberapa informasi yang penting. Dia memeriksa saku baju hijau zaitunnya untuk berjaga-jaga kalau-kalau dia diberi catatan untuk menjelaskan seluruh situasi ini.

Tentu saja, tidak ada catatan. Sebenarnya tidak ada apa-apa di sakunya, yang sgak mengkhawatirkan. Tidak ada kunci, tidak ada dompet, tidak ada apa pun. Tidak ada apa-apa, Hanya benang ini di tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun