Hilda ingin memberikan hadiah untuk anak tirinya, dan entah mengapa dia memilih toko ini. Tampaknya toko ini muncul dalam semalam karena masih berupa lahan kosong.
Di dalam, toko itu memiliki ciri-ciri toko buku bekas yang bagus: Tumbukan buku fiksi murahan. Bau menenangkan menguar dari buku-buku tua yang membusuk di balik sampulnya.
Pemilik toko mendongak dan menyeringai lebar padanya. Gigi taringnya panjang dan tajam dan membuatnya terlihat seperti serigala.
"Apa yang dapat saya bantu?"
"Anak tiriku sebentar lagi berulang tahun. Saya harus membelikannya sesuatu."
Pemilik toko bangkit, meregangkan tubuh, lalu menggaruk bagian belakang telinganya. "Sesuatu yang khusus?"
Hilda tersenyum. "Mungkin sesuatu yang memicu hasrat untuk mengembara? Saya ingin dia meninggalkan rumah."
Pemilik toko mengedipkan mata penuh pengertian. "Tentu saja, ikuti aku."
Dia menuntunnya melalui labirin rak dan kemudian berhenti di sebuah pintu, dan berbalik sebelum membukanya. "Ini kamar khusus untuk pelanggan yang paling spesial."
Hilda menyipitkan mata untuk menyesuaikan dengan keremangan cahaya, menikmati keajaiban di depannya. Ruangan itu penuh dengan barang-barang antik. Ada roda pemintal tua, sebelah sepatu kaca, mantel yang terbuat dari beledu merah. Dia berhenti di depan sebuah cermin besar. Bingkai peraknya bernoda hitam. Rasanya begitu akrab, bagai kenangan lama.