"Aku punya alasan," kataku.
"Yah, pasti alasan yang sangat bagus," kata dr. Nasir. Masih terdengar suaranya agak kaku saat dia menambahkan, "Tapi kamu lebih suka tidak memberi tahu apa itu, bukan?"
Merasa seperti anak kecil yang ditanyai tentang hilangnya permen, aku menjawab, "Aku khawatir untuk saat inibelum, dokter."
"Kamu membuatku sangat penasaran," kata dr. Nasir. Dia bangkit dari kursinya.
"Berapa lama kamu berencana untuk tinggal bersama kami kali ini?"
"Aku akan pergi ke Metro besok untuk menemui beberapa teman," aku berbohong.
"Dan kemudian kembali ke Jakarta?"
"Ya."
"Beberapa hari lagi saya akan ke Jakarta," kata dr. Nasir.Â
"Nah, mampir ke tempatku," saranku.
"Dengan senang hati saya akan datang dan mungkin akan membahas hal ini denganmu, tapi mungkin saya akan sangat sibuk. Saya punya janji dengan banyak orang."