Ketika dia masih kecil, dunianya runtuh. Ayahnya telah meninggalkan mereka dan ibunya, membutuhkan obat-obatan untuk menjaga otaknya tetap jernih. Sebaliknya, sang ibu mendorong mereka ke saluran pembuangan dan mendengarkan gemericik air comberan. Sepertinya serasi dengan suara keheningan, dengan semua bisik-bisik di telinganya.
Ketika dia masih kecil, dia mencari cinta seperti anak lain mencari mawar atau anyelir di taman yang rimbun, memilih dengan hati-hati dengan harapan keindahan, kekayaan, dan warna-warna cerah akan bertahan lama.
Ketika dia masih kecil, pada suatu hari seorang anak laki-laki berbicara dengannya dan membawakannya mawar merah muda dan putih seperti yang persis dengan lukisan di dinding kamarnya sementara ibunya mengomel, menangis, dan menjerit. Sang ibu juga membuang kelopak-kelopak indah itu ke saluran pembuangan. Suara gemericik sebagai latar belakang dari ganasnya jeritan di kepalanya yang kacau balau.
Ketika dia seorang gadis, waktu berlalu sangat lambat sampai dia tumbuh. Dia tumbuh bersama musim. Dia tumbuh bersama sinar matahari, air hujan, dan angin. Anggota tubuhnya tampak bercabang seperti tanaman merambat yang tebal dan megah. Tubuhnya mendapatkan kekuatan dan terbentuk menjadi sesuatu yang kokoh saat dia bangkit, naik, dan naik.
Dia naik menuju langit yang luas dan tak berawan.
Bandung, 16 Oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H