Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kasus Sang Harimau (Bab 31)

11 Oktober 2022   13:00 Diperbarui: 11 Oktober 2022   21:00 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Keesokan paginya aku pergi ke Showroom Damanik. Malam sebelumnya, dua anak buah Joko menangani BMW 532i dengan sangat teliti. Jika ada kepala jarum patah jatuh di kendaraan itu, mereka pasti akan menemukannya. Tapi tidak ada apa-apa selain barang-barang yang kutemukan ketika aku mengambil mobil itu dari Garasi Jelambar.

Tepat pukul sebelas aku tiba di Showroom Damanik. Saat mengemudi, aku melihat sebuah truk Angkatan Darat seberat tiga ton diparkir tepat di seberang showroom. Salah satu roda belakangnya bocor. Seorang prajurit muda dengan baret diputar ke belakang kepalanya, duduk di papan sambil merokok.

Aku pergi ke kantor dan menemukan Steben sedang berdiskusi dengan seorang sersan Angkatan Darat. Steben menandakan kehadiranku dengan anggukan masam.

Sersan itu bertubuh besar. Tubuhnya yang kekar seakan hendak meledak dari pakaian seragam lorengnya. Ada dua baris pita di dada kirinya.

"Aku tidak tahu apakah kalian pikir ini adalah bengkel zeni tempur Angkatan darat," gerutu Steben. "Mau apa lagi?"

Sersan itu memegang tuas ban di tangannya. Dalam genggamannya yang besar itu tampak kecil dan tidak efektif. "Punya yang lebih berat dari ini, sobat?" tanyanya.

"Tunggu sebentar," Steben berkata kepadaku, lalu menoleh ke sersan. "Ada apa dengan yang itu?"

Sersan itu membuat suara serak dengan lidahnya. "Sepertinya aku butuh pisau tapi yang ini cuma garpu yang aku punya untuk membuka ban."

Steben mengaduk-aduk kotak peralatan. "Angkatan darat," suaranya terdengar getir. Apakah kalian tidak punya alat sendiri? Kalian sudah pinjam dongkrak punyaku."

"Jangan salahkan aku, sobat," kata sersan. "Aku cuma melakukan ini untuk perjalanan dinas." Dia menyentakkan ibu jarinya ke arah truk. "Sopir yang mereka tugaskan kepadaku adalah pemalas, pantatnya tak bergerak untuk duduk merokok macam selebriti."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun