Dengan kesal, Gumarang kembali menggerutu, "Kau juga tidak tahu orang bodoh yang mengabdi untukku di sana, Tando. Mungkin saja mereka telah membuat geraiku meledak, dan aku ingin tahu di mana perekat berada sehingga dapat memperbaikinya itu..."
"Itu buruk ya, mungkin aku harus ke Taluk Kuantan bersama awak untuk menendang pantat mereka supaya bekerja benar."
Tanpa ragu sedetik pun, Gumarang berkata, "Itu ide yang bagus."
"Ya, tentu saja, Gum." Tando tertawa. Dia tidak pernah melakukan pekerjaan jenis manajemen, dan tidak akan tahu apa yang harus dilakukan jika dia ditempatkan di posisi tersebut. Gelar sarjana botani tidak cukup untuk dunia sekarang ini, dan mungkin tidak pernah berarti banyak.
Dia seharusnya menjadi pengajar di universitas untuk penghasilan yang lebih baik. Sebaliknya, yang dia lakukan sekarang hanyalah mendapatkan upah yang hampir tidak melebihi upah minimum di pembibitan tanaman lokal, dan harus menambah penghasilannya dengan pekerjaan tambahan apa pun yang bisa dia dapatkan.
"Aku serius, Tando," Gumarang berkata tanpa nada humor dalam suaranya.
Mencoba untuk memahami apa yang Gumarang maksud, Tando tetap memasang seringai di wajahnya, kalau-kalau ide itu lelucon. Dia tahu Gumarang selalu dibanjiri uang tunai, tetapi dia tidak pernah mempertimbangkan bahwa dia bisa mendapatkan bagian dari itu. "Ayolah, Gum. Awak tahu bahwa aku tidak memiliki satu pun mata kuliah bisnis di transkripku. Dan aku tidak dibesarkan di toko gerai pakaian atau apa pun yang menyerupai bisnis," jawab Tando.
Tetapi setelah dengan jelas bahwa Tando bekerja untuknya adalah ide yang bagus, Gumarang terus memberi semangat. "Aku tidak peduli. Kau jauh lebih cerdas daripada gabungan semua penduduk Taluk Kuantan, dan ini pernyataaan yang meremehkan. Pikirkanlah selama beberapa hari, dan aku akan kembali ke sini menjemputmu. Aku harus kembali ke sana sekarang, atau aku akan kehilangan geraiku, meski bukan itu yang menggangguku pada saat ini."
Dalam diam, Tando memperhatikan Gumarang dengan cepat mengumpulkan barang-barangnya dan bergegas keluar pintu.
Dia serius dengan tawaran itu, tidak ada keraguan sedikit pun tentang itu. Tapi mungkin karena mimpi buruk yang masih membuatnya takut. Tidak ada gunanya memberikan tawaran lebih dari itu.