Rano sadar bahwa Bini selalu menatapnya dengan tampang tak nyaman. Mata mereka saling beradu, dan Rano akan mengalihkan pandangannya. Ketika dia menatap lagi, mata perempuan itu tetap tertuju padanya.
Rano berdiri di halaman belakang setelah mengisi drum. Dia membawa ember berisi air yang tersisa untuk menyiram tanaman, Sebelumnya dia membantu papanya ke kamar mandi. Kesehatan papanya semakin memburuk sampai-sampai dia tidak bisa berjalan tanpa ada yang menuntunnya. Papa berjalan menggunakan tongkat.
Beban sudah terlalu berat untuk Mama Rano, sehingga dia meminta anak-anaknya untuk ikut merawat papa mereka. Suaminya hanya perlu dituntun untuk ke kamar mandi dan dia akan memandikan, membersihkannya dan melakukan hal-hal pribadi lainnya untuknya. Tubuh lelaki itu semakin lemah, butuh beberapa detik untuk memulai gerak.
Rano sangat berguna dalam membantu mamanya sejak dia tamat SMA dan menunggu dimulainya kuliah di universitas tempat dia diterima.
Saat Rano menyiram tanaman yang terlihat merana karena kekurangan air, seseorang menepuk pundaknya.
Dia berbalik kaget. Ternyata Bini.
Selain bertukar sapa sehari-hari, dia tidak pernah berbicara dengan Bini.
Bini menyeringai. "Bagaimana kabarmu?" dia bertanya.
Rano mengangguk malas, lalu berbalik untuk kembali menyiram tanaman.
"Tamat SMA lanjut ke mana? Kerja apa kuliah?" Bini bertanya.