Masih membayangkan orang tua Awang sebagai anak kecil yang sudah meninggal, Halida tidak kesulitan memahami ketakutan Kuntum.
"Butuh waktu baginya untuk melupakan kematian ibunya, dan tepat setelah itu, dia tiba-tiba melamarku. Aku pikir dia ingin mengobati perasaan kehilangan karena kepergian ibunya. Itu tidak masalah bagiku saat itu, karena aku sangat mencintainya. Bahkan aku akan menikahinya jika keadaan jauh lebih buruk. Karena kami sudah bersama selama hampir 5 tahun.Â
Sepertinya kami sudah pacaran cukup lama sehingga tidak perlu menunda pernikahan. Dan kemudian pernikahan itu benar-benar aneh. Kecuali beberapa teman, hampir tidak ada tamu undangan. Bukannya itu penting bagiku, aku sudah terbiasa tanpa keluarga. Tapi aku tahu itu agak sulit baginya.Â
Acara pernikahan itu tegang dan tidak nyaman, setidaknya itu yang kurasakan. Setelah itu, kami tidak punya waktu atau uang untuk pergi berbulan madu, karena menjelang akhir residensinya.
Kami masih belum pergi berbulan madu atau bahkan berlibur sampai sekarang. Bukan masalah besar, tapi itu menambah keanehan pernikahan kami. Ketika dia menandatangani kontrak dan kami datang ke Taluk Kuantan, aku berharap semuanya akan berubah menjadi lebih baik untuk kami.Â
Awalnya begitu, untuk beberapa saat, karena praktik yang kami beli perlahan-lahan menjadi mantap, bahkan berkembang sedikit. Tepat ketika kami akhirnya berencana untuk pergi berbulan madu dan Awang menggantikan sementara temannya supaya dia memiliki dokter pengganti saat kami pergi, Awang hampir terbunuh dalam kecelakaan yang mengerikan itu.Â
Para dokter mengatakan dia sempat meninggal, tetapi berhasil membawanya kembali. Itu terjadi bahkan sebelum aku tahu ada kecelakaan.
Pada saat Gumarang mengantarku ke rumah sakit, mereka mengoperasi Awang dan tidak bisa memastikan apakah dia akan sembuh. Setelah operasi, dia koma dengan cedera kepala, mereka memperingatkanku bahwa mereka tidak dapat memperkirakan seberapa fungsional dia jika dia keluar dari situ.
Aku tidak punya banyak harapan. Staf ICU menjauh dariku sedapat mungkin dan jika bukan karena Gumarang, aku tidak tahu apakah aku bisa mengatasinya. Itu terjadi dua tahun lalu, tak lama sebelum kalian pindah ke kota dan membuka kembali kedai sudut."
"Ya, aku pernah mendengarnya. Tapi kami sangat sibuk dan aku tidak menyangka betapa berat apa yang kamu alami," Halida berkata dengan nada meminta maaf, tetapi sebenarnya mengenang kembali saat itu dengan bahagia karena dia dan Johar selamat dari bencana.