Aku sedang menunggu bus. Cuaca mendung dan udara dingin. Terlalu dingin. Saking dinginnya, uap embun keluar dari hidung saat mengembuskan napas bagai kepulan asap gunung berapi.
Rasanya sulit dipercaya. Di sana, beberapa meter jauh dariku, berdiri seorang gadis muda yang cantik yang selama dua puluh menit terakhir menjadikan aku  satu-satunya objek perhatiannya. Sebenarnya, selama menunggu bus aku sadar jika aku sedang ditatap oleh seorang gadis.
Seketika, kenyataan ini membawa serangkaian perubahan nyata dalam diriku. Aku menjadi sadar diri. Aku mulai merapikan rambut, merapikan pakaianku, memeriksa sepatuku. Jantungku berdegup kencang. Aku tersipu.
Dan aku ketinggalan bus---satu-satunya bus yang akan membawaku tiba di kampus tepat waktu. Gadis itu sedang bergosip dengan teman-temannya, tetapi matanya tertuju padaku.
Beberapa menit berlalu. Gadis itu mengucapkan selamat tinggal kepada teman-temannya dan mulai berjalan ke arahku. Jantung mudaku serasa hendak copot!
Dan aku membayangkan dia menyapaku.
Halo, ganteng. Apa kabar? Aku ... Kamu siapa? Mau ke mana? Nanti malam film Avatar premiere di XXI. Â Kamu mau menemaniku nonton?
Begitulah scenario di otakku.
Dan di sana, di depanku, gadis itu berkata,
"Halo. Swetermu bagus. Sepertinya rajutan tangan. Siapa yang bikin? Ibumu, ya? Izin buat difoto, ya?"