Tiba-tiba saja Awang merasakan dorongan hasrat yang sangat kuat untuk mendatangi rumah duka saat dia melihat bangunan tua itu, dan dia terlalu marah untuk melihat betapa bodohnya dia menuruti kehendak itu.
Awang keluar dari mobilnya berada di pintu belakang sebelum dia menyadari apa yang dia lakukan. Hawa dingin yang aneh menjalar di sekujur tubuhnya saat dia menyentuh pegangan pintu yang berkarat, dan dia mendadak tersadar bahwa tidak mungkin dia akan masuk ke dalamnya.
Di luar hampir gelap, membuat tempat itu tampak dua kali lebih menyeramkan dari hari-hari tercerah sepanjang tahun. Awang belum pernah berada di sana lagi selama lebih dari sembilan tahun, dan dia tidak ingin mendapatkan serangkaian mimpi buruk baru seperti yang dia alami pagi itu.
Saat Awang berbalik untuk berjalan kembali ke mobil, dia menangkap sekilas cahaya dari dalam gedung.
Mustahil! Tak satu pun dari mobil pialang properti tanpa terparkir di halaman. Mereka adalah satu-satunya yang memegang kunci, dan cukup berani untuk pergi ke tempat itu. Â Tentu saja atas nama uang.
Ada seseorang di dalam sana, dan dia harus mematahkan rekor sembilan tahunnya dan melakukan sesuatu!
Berbalik ke pintu, dia mengabaikan rasa dingin yang menyertai takut yang menguasainya. Pintu terbuka dengan mudah, dan dia mendorongnya terbuka sepelan mungkin.
Jika seseorang ada di sini, dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan. Bagaimana jika seseorang itu bersenjata? Dia bisa terbunuh bahkan sebelum dia melihatnya.
Pintu membuat bunyi keras saat menabrak dinding samping. Ruangan besar di belakang tempat itu persis seperti yang dia ingat, dan itu masih membuatnya takut.
Membiarkan pintu terbuka dan mencoba melintasi ruangan secepat yang dia bisa, sikunya menabrak salah satu dari banyak meja yang memenuhi ruangan. Rasa sakit menjalar ke lengannya, dan dia menerobos masuk ke dalam lorong sambil menahan nyeri yang sangat. Kegelapan mengelilinginya, dan dia memacu kakinya dan tak berhenti untuk melihat apa pun sambil berlari ke aula.
Setelah beberapa detik berkonsentrasi membuatnya kembali ingat pada tujuannya ke situ. Dia harus memeriksa ruang depan dari mana cahaya berasal.
Dengan hati-hati melewati beberapa kamar lain, dia berdoa agar tidak menemukan apa pun. Detak jantungnya sendiri meredam suara langkah kakinya di kepalanya. Belum terdengar atau terlihat sesuatu, tetapi ketegangannya meningkat. Dan bukan hanya dalam dirinya. Seluruh tempat tampaknya memancarkan kengerian.
Saat matanya perlahan-lahan terbiasa dengan kegelapan, setiap bayangan bagaikan makhluk bernyawa. Sebuah gerakan di ruangan di sebelah kanannya menarik perhatiannya. Dia mendengar suara langkah kaki...
Suara langkah kaki! Berbalik, ketakutan menjadi panik, dan dia harus pergi dari sana. Langkah kaki lain bergema di benaknya saat dia mendengar suara pintu belakang yang dibanting hingga tertutup. Sesuatu yang berat menghantam kepalanya dan kegelapan menguasai pandangannya.
Awang mendengar gelak tawa jahat bergema saat dia kehilangan kesadaran, dan bau kuah satai daging rusa basi yang menakutkan menguasai indranya.
BERSAMBUNG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI