Di Taluk Kuantan, hari yang menyenangkan telah berlalu bagi Bagas Buwana setelah melalui setengah jalan rute paginya. Sebagian besar pelanggan sudah berangkat kerja dan tidak meninggalkan uang pembayaran. Dia benci harus kembali di malam hari ketika itu menghabiskan begitu banyak waktu sejak awal. Tetapi jika dia ingin dibayar, dia tidak punya pilihan.
Mungkin jika dia beruntung, dia akan bertemu dengan Dr. Awang. Bagas mengidolakannya. Dr. Awang Dermawan membuatnya ingin lebih baik lagi di sekolah dan menjadi dokter sepertinya. Dia selalu menceritakan kisah-kisah lucu, dan memberinya sedikit nasihat ketika Bagas membutuhkannya.
Saat Bagas tiba di rumah keluarga Dermawan, dia melihat pintu garasi terbuka, dan kedua mobil mereka tak ada.
Teruk! Masih terlalu pagi bagi mereka untuk keluar rumah.
Ketika dia melewati rumah duka, tiba-tiba hawa dingin menyergapnya seolah-olah seseorang telah menumbahkan seember air es ke ubun-ubunnya. Dia tidak pernah suka melintasi bangunan tua itu. Untung hari sudah mulai terang. Jika nanti dia kembali untuk menagih, dia akan mengambil jalan memutar untuk menghindari tempat itu.
Sisa hantaran rasanya berjalan sangat lambat karena Bagas tidak sabar untuk kembali ke kediaman keluarga Dermawan. Dia berharap Dr. Awang ada di sana untuk membukakan pintu, dan bukan istrinya. Tidak tahu kenapa, tapi dia tidak menyukai Puan Awang. Ada sesuatu tentang dia yang sepertinya tidak benar. Dia bersikap baik padanya, tetapi tampak dibuat-buat, sepertinya puan dokter tidak menyukainya atau anak-anak pada umumnya.
Yah, setidaknya Dr. Awang baik padanya, dan bagaimanapun juga dia adalah orang penting di Taluk Kuantan.
***
Siuman di dalam parit, Awang menatap sekeliling dengan bingung.
Apa yang terjadi? Apa yang aku lakukan di sini!Â