Itu dia. Bahkan dia tidak memperhatikan bagaimana caraku menatapnya. Dia tidak memperhatikan sorot mataku, dia tidak melihat bahwa dia memiliki hati dan jiwaku, dia tidak tahu betapa aku membutuhkannya.
Itu salah, aku tahu. Tapi aku tidak bisa tidak mencintainya. Aku mencoba untuk menjauh. Aku mencoba mengingat dia bukan milikku. Aku mencoba. Aku berusaha sangat keras.
Kadang aku tergelincir.
Tetapi hanya ketika aku mabuk, yang sering, karena aku sangat mencintainya.
Aku mencintainya. Bagaimana mungkin tidak?
Dia benar-benar pemandangan yang enak dilihat, lelaki itu.
Tapi aku hanyalah rahasia busuk, ketika dia terlalu banyak minum. Ketika pekerjaannya menjadi sulit. Dan ketika dia hanya membutuhkan seseorang selain istrinya. Dia datang mencari kenyamanan yang hanya aku bisa berikan.
Tapi kemudian dia pergi lagi.
Jam dinding menunjukkan pukul dua pagi. Empat jam. Selama empat jam dia milikku.
Dan sekarang dia akan kembali padanya. Cintanya. Belahan jiwanya. Yang tidak harus menjadi rahasia kecilnya yang busuk. Siapa pun akan mengatakan pada dunia bahwa dia miliknya.Â