Rintik hujan turun dengan lembut mendesis dan mendesah. Setiap tetes hancur seperti berlian ketika menabrak permukaan planet bumi, meluncur meninggalkan jalan menyilaukan mengarah kembali ke kegelapan. Melalui kabut malam, lampu-lampu kota terlihat bersinar muram. Udara dipenuhi dengan antisipasi untuk menghadapi yang akan terjadi selanjutnya, meninggalkan misteri dan kegelisahan di belakangnya.
Alam semesta memiliki intinya, segala sesuatu memancar keluar darinya, bahkan jika inti itu berada di luar visi dan imajinasi kita. Seolah-olah murni teoretis. Karena itu adalah ruang di luar apa yang dapat kita lihat, kita asumsikan sebagai titik nol mutlak.
Kecuali untuk hukum fisika yang paling mendasar, ia tidak memiliki arti atau tujuan. Namun, kita tahu ini tidak benar, karena banyak objek menakjubkan yang mengambang di luar angkasa. Membuat kosmos berdetak seperti mesin yang tidak pernah berakhir, berputar seirama denyut, berdebar selaras dengan bintang-bintang yang memenuhi langit.
Aku berdiri di sana, mengagumi kemegahan langit malam dan keagungan surga yang memenuhi sudut pandanga, rasanya seperti waktu melambat, memberiku kesempatan untuk bernapas sekali lagi.
Bandung , 28 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H