Dalam mimpi itu, bus wisata akan segera berangkat. Aku tidak bisa menemukan kamar hotelku dan belum berkemas, dan mendadak tahu bahwa aku sedang bermimpi.
Menyadari bahwa aku kini sangat kuat dan tidak perlu lagi menyibukkan diri dengan hal-hal seperti itu, aku berpikir untuk terbang.
Tiba-tiba saja tubuhku melesat membumbung tinggi. Melihat ke bawah dari ketinggian yang sangat tinggi ke padang salju yang luas, menyilaukan di bawah sinar matahari, dan lembah-lembah hijau dengan kanopi dedaunan hutan yang eksotis. Aku bisa mencium dan merasakan aroma di udara yang mengalir deras, lebih segar dari yang bisa kuingat.
.Kemudian aku merasakan kesadaranku kembali dan mimpi itu berakhir. Â Dan aku mendapati diriku terduduk di tempat tidur.
Kamar diterangi oleh cahaya lembut dan aku melihat penyedot debu di kaki tempat tidur berpendar cahaya kemerahan. Aku sadar bahwa dalam kehidupan nyata benda itu disimpan di gudang, aku mulai cemas dan kemudian, perlahan, merasa tubuhku turun ke kasur hingga berbaring telentang sekali lagi.
Aku berbaring di sana, berusaha bangun dari mimpi terakhir. Perlahan-lahan kemudian sadar bahwa sebenarnya aku sudah bangun.
Aku mengguncang bahu istriku untuk menceritakan mimpiku barusan....
Bandung, 27 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H