Ketika Joko bangun pagi ini, dia menemukan bahwa lengannya telah hilang.
"Yah, ini tidak bagus," katanya, memeriksa kulit halus yang sekarang menutupi tempat di mana tubuh seharusnya bertemu dengan bahunya. Dia tidak tahu lengannya ada di mana. Dia tidak ingat meminjamkannya kepada siapa pun atau meninggalkannya di suatu tempat.
Lengannya pasti dicuri di malam hari atau pergi sendiri---sejauh apa pun lengan bisa berjalan.
Untuk bangun dari tempat tidur dia kesulitan. Maka dia mencoba untuk menyalakan ponsel agar bisa menelepon bosnya dan menjelaskan situasinya. Dia meletakkan ponsel di lantai dengan mulutnya dan menyentuh layar dengan jari kaki.
"Bos, maafkan aku, tapi kurasa aku tidak bisa masuk kerja hari ini," kata Joko.
"Oh ya?" Joko mendengar Baron, bosnya, menguap. "Mengapa?"
"Sepertinya aku keliru meletakkan lenganku," kata Joko datar.
Ada jeda panjang. "Keliru meletakkan apa?" tanya Baron.
"Salah menempatkan lenganku," ulang Joko.
Dan percakapan terputus.