Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Misteri Topeng Merah (Bab 1)

2 April 2022   20:30 Diperbarui: 2 April 2022   20:32 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panggilan mendadak membuat Prima bergegas menyusuri lorong dan membuka pintu ruang kerja inspektur. Ketika dia akhirnya berdiri di depan sosok tubuh kaku di belakang meja yang menatap ke dalam matanya dengan tatapan seperti orang ngantuk nyang menyembunyikan kewaspadaan, jantungnya berdegup kencang.

Dia ditugaskan ke biro detektif kurang dari enam bulan, tapi dalam waktu sesingkat itu, dia telah menyaksikan ribuan keeksentrikan dari komandannya itu. Tangan besar yang bertato mengetuk permukaan meja, bibir yang selalu mengunyah sesuatu, ragu-ragu yang menyelinap dari balik mata yang mengantuk, semuanya seperti sebagian besar surat tugas untuk Prima—surat yang menugaskan tugas yang rumit dan pelik untuknya, kalau bukan luar biasa berbahaya.

"Kamu mau kemana?"

"Pulang, komandan-"

Prima ragu-ragu sejenak lalu berdeham.

"Saya mungkin mampir sebentar ke Nuna."

Secara tiba-tiba, dagu inspesktur terangkat saat mendengar nama putrinya disebut, membenarkan kekhawatiran Prima.

"Seberapa besar kamu menyayangi nyawamu?"

Suara inspektur mirip geraman binatang buas. Lebih merupakan peringatan daripada raungan kemarahan, dikeluarkan dari tenggorokan yang bertahan dari jarak jauh di balik setumpuk daging dan otot.

Prima jarang mendengar inspektur bersuara seperti itu, atau, dalam hal ini, tidak membuatnya tertipu oleh keramahan dan kelembutan inspektur. Nada permintaan maaf yang keluar dari mulutnya sendiri yang justru mengejutkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun