Ketika bumbung bambu itu jatuh dan pecah di lantai, lalat tak hanya menghela nafas karena tuak yang tumpah yang memenuhi udara dengan aroma memabukkan, tetapi juga berlutut dan meratap
"Kau tidak lebih bersalah daripadaku. Langkah sial apa yang membawamu ke sini? Seluruh dunia memuja surga yang hijau tetapi kau mencemooh ibu hamil. Yang pasti, itu berperilaku seperti orang bodoh, tapi apa yang bisa kulakukan? Aku sendiri lebih dari sedikit bingung."
Saat itu dia memperhatikan bahwa sayap kuning halus dari malaikat kecil yang berjuang untuk tidak tenggelam dalam anggur yang tumpah dari botol yang telah dijatuhkannya, atau sebenarnya telah terperangkap (sulit untuk dipastikan) mulai larut dalam cairan hijau pucat.
"Mungkin ini yang terbaik," kata si lalat. "Sekarang mungkin kamu akan menjadi manusiawi sepertiku."Â
Tapi suaranya tinggi melengking sehingga hanya tikus buta atau bayi yang baru lahir yang bisa mendengar kata yang dia ucapkan.
Bandung, 30 Maret 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI