Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bagaimana Aku Belajar Menggunakan Sumpit

28 Maret 2022   07:14 Diperbarui: 28 Maret 2022   07:17 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kadang-kadang aku melihat ke luar jendela sebuah rumah di film dalam dan merasa rindu rumah. Ini membawa kembali kenangan yang tidak ada hubungannya dengan jendela. Ini membawa kembali bau dan suara teredam yang menjadi tajam dan utuh, dan tiba-tiba, aku sudah di sana, lagi.

Ganang sudah selesai makan. Dia tahu cara menggunakan sumpit.

Ayahku menyerah lebih dulu, lalu mengambil garpu untuk melilit mi tektek setelah lelah menggerutu dan mengerang. Aku tidak menyerah. Aku suka gaya Ganang. Tangannya yang besar dan berbulu. Dia suka mengatakan "apa pun yang membuat mereka berhenti menyembah rezim," dan aku tidak terlalu suka rezim.

Dia mengatakannya sepanjang waktu, seperti di malam hari ketika ibuku berbicara tentang facebookku yang diberangus, dia mengatakan "apa pun yang membuat mereka berhenti menyembah rezim."

Ibuku tertawa, meskipun dia adalah seorang pengagum rezim.

Aku tidak mengerti, tetapi akhirnya aku mengerti tentang sumpit ketika Ganang menceritakan sebuah kisah tentang waktu dia di Zimbabwe dan mengalami kecelakaan bus.

Aku bertanya kepada ayah, bisik-bisik, di mana Zimbabwe berada. Dia mengangkat bahu.

"Afrika," Ganang memberitahuku. Telinganya pasti sangat besar di balik rambut gondrong itu. Dia tersenyum, "Aku ikut Demonstran Lintas Batas,"

"Apa itu Demonstran Lintas Batas?" tanya adikku.

Ibuku tersenyum, "mereka pergi ke negara lain dan memprotes apapun yang mereka ingin protes."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun