Istana untuk Segala Cuaca
Saat senja, sekelompok orang bersenjata, seperti yang telah terjadi tadi pagi, memerintahkan kami untuk segera pergi meninggalkan rumah.
Kami menyeret tempat tidur saat kami pergi. Setelah menemukan lahan kosong, kami menetap di sana, di sebuah rumah tanpa dinding, pintu, dan jendela. Juga tanpa atap. Sebuah rumah yang kami sebut Istana untuk Segala Cuaca.
Tengah malam, tiga saudara sepupu saya, ketiganya polisi, datang dan menyuruh kami pergi. Tanah itu akan dikavling dan kompleks perumahan akan segera dibangun.
Kami turun ke jalan lagi, menuju cakrawala. ketika tiba-tiba Mahala menangis. Dalam salah satu penggusuran itu, dia tidak ingat yang mana, Mahala ketinggalan kuncinya.
Bandung, 25 Maret 2022
Buntu
Aku kehabisan ide, mengalami writer's block. Dari pada bengong menghadapi layar laptop yang kosong, kuputuskan untuk pergi ke kafe yang tenang, dengan harapan mendapatkan inspirasi.
Pelayan cantik tanpa senyum mendekat untuk menanyakan aku ingin mium apa. Dia mengenakan kaos bermotif kodok dengan berbagai ukuran dan warna. Kutanya, "apa minuman yang kamu sarankan untukku"? Dia memilihkan kopi termahal datri daftra menu.
Aku memesan secangkir kopi tanpa gula, dan segelas air mineral. Dia tersenyum, sinis.
Selama dua jam, aku mencoba mengumpulkan inspirasi dan menulis beberapa kata, tetapi seekor kodok terus melompat dari cangkir kopik gelas air mineral, mengganggu konsentrasiku dalam menulis.