Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dalam Gelap

25 Februari 2022   15:08 Diperbarui: 25 Februari 2022   15:15 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mcasyuma.marines.mil

Bayang-bayang memanjang saat bulan menyelinap di balik gunung. Suara salak anjing terdengar sayup-sayup semakin menjauh.

Lyudmyla tahu sudah waktunya untuk membangunkan orang Rusia itu. Penerbang yang terluka hanya akan mendapat satu kesempatan dan jika dia tidak melakukannya dengan benar, mereka berdua bisa mati pada saat matahari terbit.

Dia mengulurkan tangan dan mengguncang bahu pria yang sedang terlelap, mendorong tangannya yang lain ke mulutnya untuk menghentikannya mengerang.

"Waktunya pergi," bisiknya. "Bulan sudah terbenam. Gelap akan membantu. Anda harus tetap merayap dan membuat suara sesedikit mungkin. Saya belum melihat atau mendengar salah satu patroli mereka dalam beberapa jam, tetapi itu tidak berarti mereka tidak menunggu kita bergerak."

Lyudmyla mengambil tutup botol air minumnya dan menyodorkannya ke orang Rusia itu, yang mereguk sekali.

Pilot muda itu memandang pemandu Ukraina itu dengan pandangan bersyukur saat dia mengembalikan botol itu.

"Kamu tidak ikut? Adakah yang membocorkan keberadaanku yang membuat patroli menunggu kita? Terlalu berbahaya bagimu untuk tetap tinggal."

Lyudmyla menggelengkan kepalanya.

"Keluargaku ada di sini. Jika aku tidak kembali, mereka semua akan dicurigai. Lagi pula, Prizark hanya mengharapkan satu paket."

"Bagaimana aku bisa berterima kasih atas apa yang telah kamu lakukan untukku? Kamu telah mempertaruhkan begitu banyak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun