Profesor Doktor Saraswati, pakar paranormal, mengernyitkan hidungnya karena bau sampah. Tumpukan barang rongsokan menghalangi cakrawala Pedok di dekatnya. Bau tengik bercampur dengan bau logam berkarat.
Di depannya, seorang wanita dengan pakaian terusan montir bergoyang gelisah dari satu kaki ke kaki lainnya.
"Beneran ngeselin, Saras. Ngedengerin gosip omong kosong tentang gangguan akhir-akhir ini, gue pikir lu kudu meriksain."
Dia menatap mesin kuning cerah di seberang tempat barang rongsokan, crane leher panjang dengan ujung elektromagnet raksasa yang menjuntai.
Saraswati berdeham. "Maksud Anda mesinnya?"
"Kagak, operatornya."
Kedua wanita itu menyaksikan magnet mengangkat bagian depan bus berkarat dan memindahkannya ke tumpukan besi bekas. "Efran baru enam bulan kerja dimari, tapi gue pikir dia bisa diandelin. Tapi kemaren gue lagi ke bank, dia duduk ongkang-ongkang di luar kedai kopi, nenggak mocha cocoa frappuccino ukuran forte. Dia langsung ngibrit gitu nengok gue dateng. Pas gue balik dimari, dia bilang kagak pernah ninggalin kerjaan. Masalahnya, gue ampir percaya aja."
Saras menggigit bibirnya. "Esmerandah, apa Anda yakin yang Anda lihat di kedai kopi itu Efran?"
"Yakin pake banget. Bajunya persis, kuncir rambut persis. Arloji dan bolong tindik kupingnya sama, Kagak beda dikit aja."
"Dan menurut Anda dia berbohong karena suatu alasan?"