Dari saku ranselnya, Ucup mengeluarkan selembar kertas. Huruf-huruf balok besar dengan spidol merah mengancam di atasnya. Dia membaca dengan keras, "Balas dendam itu manis, dan kalian semua payah! Armada Arman."
"Kalian yakin harus ditulis Armada Arman?" tanya Pendi. "Cewek-cewek itu akan tahu kalau kita ... atau setidaknya kamu... yang mengambil permen mereka."
Pendi hanya sirik. Arman adalah pemimpin, jadi masuk akal jika geng mereka memakai namanya.
Selain itu, Armada Arman jauh lebih baik daripada Denbro gengnya Broto atau Brigade Brita. Nama Pendi dan Ucup tidak bagus dijadikan nama geng.
"Justru kita mau mereka tahu siapa yang mengambil permen itu," kata Arman. "Itu akan mengajari mereka untuk tidak main-main dengan kita."
Pendi mengangguk dan mengangkat bahu secara bersamaan.
Arman tersenyum tapi mengatupkan gusinya. Kalau Pendi terus-terusan mengejeknya, dia mungkin akan mendapatkan bagian permen yang lebih sedikit.
"Oke, Pendi mengawasi keadaan, Ucup dan aku naik. Tempat penyimpanan permen mungkin tersembunyi, jadi aku akan mencari di sebelah kanan, dan Ucup, kamu cari di sebelah kiri." Arman menunjuk tangannya ke kiri dan ke kanan.
"Kiri ke sana," kata Ucup, menganggukkan kepalanya ke arah yang berlawanan dengan yang ditunjuk Arman.
Lubang hidung Arman membesar.
"Aku bilang, aku ke kiri. Ucup, kamu ke kanan!"