Pendi memutar bola matanya. "Yeah," gumamnya.
"Ada masalah?" Arman menuntut. Seorang ketua geng yang tegas tidak akan menerima penghinaan seperti itu.
"Aku tidak mau menjadi pengintai. Tidak menyenangkan."
Arman menahan diri untuk tidak menyuruh Pendi tutup mulut dan melakukan apa yang dia suruh. Dia tahu, pendekatan yang lebih lembut akan membuahkan hasil yang lebih baik.
"Ini pekerjaan penting!" Dia menepuk pundak Pendi. "Pengawasan yang baik sangat berguna untuk keberhasilan operasi. Dan kamu akan mendapatkan permen yang sama seperti kami berdua."
Pendi masih tampak tak yakin, tetapi setidaknya terlihat tidak terlalu sedih.
"O,h baiklah." Dia mengambil sapu yang tergeletak di tanah di sampingnya.
Arman menatapnya penuh harap.
"Aku berjaga-jaga, dan jika aku melihat ada yang datang atau tanda-tanda bakal ada masalah, aku memberi isyarat dengan membunyikan lonceng dengan gagang sapu."
"Bagus." Arman mengangguk. "Ucup?"
"Aku sudah menulis catatannya."