kamu tak hadir
memudar decrescendo musik blues di relungku
daftar putar acak terus berulang di gendang telinga
dalam ingatanku
dalam pikirku impuls bisu
puncak volta tarikanmu
membuatku menginginkan warasku kembali
ke bilik gelap rindukan nyaman
dalam ketiadadayaan
mencarimu di batas gelap terang
setiap seri harapan konstelasi gemintang
partikel udara hembuskan namamu
pada dinding ruang
yang tak mampu menutup hadirmu
aku berlatih menyendiri
tubuh tidur pada seketika itu
perjalanan pertama bertahan hidup dimulai
tanah api kayu air udara kosong
pena kertas terjepit di antara larik puisi
yang belum selesai
mengintai
ibu
berjalan melintasi pintu
menuju ranjang sakit
membuatmu menjauh dari putramu
sebutlah peti mati
tapi bagiku ranjang ternyaman bagi manusia
dari cobaan sengsara
menarik diri pulang ke bahagia
mengubah senyum menelan lara
memaafkan sebanyak yang kubisa
kamu tak hadir
aku tersentak bertahan menyingsing
ibu
mengosongkan surat yang belum teralamatkan
malam ini
berapa lama kita membangun jarak?
lupakan kelupaan
saksikan kecambah bertumbuh
di pesta reuni ibu anak
aku menulis puisi
kamu menyebutnya layang-layang tanpa benang
tidak akan pernah mencapai puncak surgawi
tubuh gegas napas engah